Pada suatu hari musim panas yang terasa tanpa akhir dan membakar, semuanya dimulai dari sebuah ketertarikan yang kuat satu sama lain. Anak itu—anehnya terus terpikirkan, anehnya juga terus membuat hati cemas. Bagi Ha Jioh, Yuchan adalah “anak itu.” Bagi Yuchan, Ha Jioh adalah “anak itu.” Perlahan, sosok itu menancap kuat di sudut hati masing-masing.

Ketika mulai menyadari luka yang dimiliki anak itu, untuk pertama kalinya tumbuh keinginan untuk melindungi seseorang. Bersamaan dengan itu, keduanya pun untuk pertama kali berani menghadapi kisah diri sendiri yang selama ini tidak pernah mau mereka buka. Lewat suara orang-orang di kampung yang tanpa sadar menyaksikan luka keduanya, mereka pun belajar satu hal: bahwa ketika kita memilih sesuatu, kita juga berisiko kehilangan sesuatu yang lain. Namun, bagaimanapun juga, manusia harus tetap membuat pilihan. Dan sekalipun pilihan itu menimbulkan sakit, kita masih bisa memilih sikap lain—bukan kebencian, bukan sinisme. Saat itu, dunia kita benar-benar mulai berubah.

Ha Jioh dan Yuchan pun menyimpan secuil harapan: mungkin saja mereka bisa berdamai dengan kehidupan mereka. Musim panas ini, yang awalnya mereka kira hanya akan penuh panas dan penderitaan, akhirnya mereka jadikan sebagai musim panas paling “gemilang dan menggetarkan” dalam hidup mereka.