Pada masa pemerintahan Raja Philip IV dari dinasti Capetian, Acre berada di tengah perang antara Sultan, penjajah, dan Ksatria Templar, yang bertugas melindungi Tanah Suci.

Pada hari keluarga Léa dari bengkel memutuskan untuk berangkat dengan perahu untuk menghindari ancaman perang, dia diberi tugas untuk mengembalikan pedang yang dititipkan oleh pemimpin Ksatria Templar menggantikan ayahnya yang sedang merawat ibunya yang hendak melahirkan. Karena itu, Léa harus terjun ke tengah perang.
Namun, begitu dia tiba dengan pedang di punggungnya, dia menyaksikan kematian pemimpinnya. Saat menghadapi bahaya, dia bertemu Baltha, ksatria cantik yang diimpikannya sejak kecil.

Tapi ini bukan waktunya untuk menuruti sentimen seperti itu.
Pedang itu telah kehilangan pemiliknya, dan suasana di Ksatria Templar terasa aneh.

“Berbahaya jika pergi sendirian. Aku akan mengantarmu ke sana.”
“Terima kasih banyak, Tuan Baltha. Bagaimana saya bisa membalas budi ini… ”

Apa yang disaksikan Léa, yang kembali ke bengkel bersama Baltha, adalah pemandangan pembunuhan yang mengerikan.
Satu-satunya yang tersisa hanyalah Rachel yang berusia empat tahun, dan berita mengejutkan yang disampaikan oleh adik perempuannya…

'Kami tidak punya pilihan selain membungkam setiap orang yang melihatnya!
Bukankah misi yang didedikasikan kepada Tuhan harus diutamakan?'

Itu? Apakah karena pedang yang dipercayakan pemimpin kepada mereka?
Ksatria Templar… Apakah mereka benar-benar membunuh orang tuanya karena pedang itu?

'Haruskah aku mengubur mereka berdua?'

Darah Léa menjadi dingin.
Karena Baltha yang mengantarnya kembali ke bengkel dan sedang mengumpulkan jenazah orang tuanya di luar, juga merupakan anggota Templar.

Kebenaran besar tentang intrik dan para dewa yang mengelilingi peninggalan suci para Templar.

Itu adalah hari dimana semuanya dimulai.