"Apakah kau lebih menyukai mesin seperti ini?" Begitu melihat suaminya menggenggam dildo miliknya, Soeun langsung mundur selangkah dan menelan ludah. Di balik kemeja ketatnya, dada sang suami tampak naik turun. Sorot matanya yang sedingin es dengan jelas menunjukkan betapa marahnya dia. "Kau sering mengunjungi toko alat dewasa, ya? Apa kau sengaja ingin mempermalukan dirimu sendiri? Jangan lupa posisimu. Kau adalah istri Wakil Presiden." Nada suaranya yang dingin, sesuatu yang belum pernah didengar Soeun sebelumnya, membuatnya terdiam. Saat ia menundukkan pandangan karena tertekan, tangan besar suaminya meraih dagunya, mengangkatnya dengan paksa. Tak pernah sekalipun suaminya memperlakukannya sekeras ini, sehingga ketakutan melandanya, membuat tubuhnya gemetar hebat. Bahkan giginya sampai beradu karena getaran itu. Dari suaranya yang terkendali, Soeun bisa merasakan penghinaan yang ditujukan padanya. Di sisi lain, jika ia membayangkan suaminya memiliki alat seperti itu, dia juga akan merasakan hal yang sama—merinding dan tidak nyaman. Menyadari bahwa dia harus meminta maaf, Soeun, dengan mata berlinang air mata, akhirnya membuka mulutnya. "Maaf... Aku hanya... penasaran..."