Dia yakin bahwa dia adalah suami yang tidak berperasaan dan memperlakukannya dengan buruk.

Sampai dia diburu sebagai pengkhianat untuk melindunginya.

"Istriku. Semoga selalu sehat."

Hatiku hancur berkeping-keping saat aku berlutut di hadapan lengannya yang terputus.

Bahkan sekarang. Tapi kali ini aku bisa melihat bahwa tubuhnya masih utuh.

“Putri? Kenapa kamu tiba-tiba menangis?”

Dia kembali setelah kehilangan harapan. Pada malam pertama pernikahan mereka tiga tahun lalu.

“Kau pasti gugup menghadapi malam pertamamu. Jangan khawatir. Aku tidak berencana untuk menghabiskan malam bersama sang putri.”

“Kenapa? Aku pengantinmu dan pernikahan sudah selesai. Sekarang, mari kita lepas pakaian kita dan tidur.”

"…Putri?"

Aku menarik lengannya dengan kuat.

Aku tidak akan meninggalkanmu kali ini. Aku pasti akan melindungimu, dan aku akan mati bersamamu jika aku gagal melakukannya.

Bukan sebagai putri Nirisu tapi istrimu, Agnes Arpad.

Dia berjanji dengan penuh tekad.